Manfaatkan Eco Enzyme, Dosen di Riau Ciptakan Hand Sanitizer Ramah Lingkungan

Senin, 23 Agustus 2021

PEKANBARU (CakapRiau.com) – Di tengah Pandemi Covid-19, muncul berbagai kreativitas masyarakat untuk menciptakan hand sanitizer yang ramah lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan eco-enzym yang dilakukan oleh Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak).

Eco enzyme sendiri merupakan hasil fermentasi dari sampah organik dapur seperti sisa buah dan sayur, gula yang terdiri dari gula merah, gula merah atau gula tebu, dan air. Produk eco enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang mudah digunakan dan mudah dibuat.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak) Rina Novia Yanti mengungkapkan bahwa dirinya dan timnya, Hanifa Ikhsani dan Ika Lestari, menciptakan inovasi ini dari penelitian Dr. Rasukon Poopavong dari Thailand untuk kemudian diadopsi di Riau.

“ Hand sanitizer dari eco enzyme ini memiliki manfaat yang sama dengan hand sanitizer lainnya , namun yang membedakan adalah cara pembuatan dan pemanfaatan limbah kulit buahnya,” ujarnya dalam wawancara via telepon, Minggu (22/8/2021).

Ia menyebutkan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat hand sanitizer ramah lingkungan ini adalah limbah buah-buahan, seperti ampas jeruk atau kulit jeruk, kulit pepaya, melon, semangka, dan lain-lain, kemudian juga gula merah untuk mempercepat pembusukan dan air bersih.

Sebut Rina, proses pembuatan hand sanitizer ini untuk 300 gram kulit buah membutuhkan satu liter air bersih, dan 100 gram gula merah. Jika jumlahnya lebih banyak, maka tetap dikalikan kelipatannya, lalu kulit buahnya dipotong kecil-kecil dan akan lebih baik jika diblender.

Sementara itu, gula merah juga dicincang, selanjutnya gula merah dicampur dengan air yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian kulit buah yang telah dicincang dimasukkan ke dalam air. Setelah itu, aduk dan pastikan wadah tertutup rapat agar tidak ada udara yang masuk.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak) ini menjelaskan, fermentasi kulit buah ini memakan waktu hingga tiga bulan, dan wadah dibuka hingga tiga kali, yaitu setelah minggu pertama, setelah bulan pertama. , dan saat panen.

“Setelah seminggu kita buka dan aduk lagi, biarkan terbuka selama 15 menit, lalu tutup lagi dengan rapat. Begitu juga setelah sebulan,” katanya.

Rina menjelaskan, pembuatan eco enzyme akan berdampak positif bagi lingkungan. Baik bahan maupun proses pembuatannya memiliki bahan kimia yang sangat minim atau nol bahan kimia. Selain itu, fermentasi eco-enzim akan menghasilkan gas ozon (O3) sehingga meningkatkan lapisan ozon di atmosfer.

Kemudian fermentasi ini akan menimbulkan penghematan lingkungan, dimana selama proses fermentasi terdapat gas O3 dan dapat meningkatkan jumlah ozon dan gas ini akan keluar saat membuka wadah fermentasi.

“Untuk menyimpan wadah fermentasi di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, dan jauh dari tempat sampah, setelah tiga bulan eco enzyme siap dipanen,” ujarnya.

Cara memanennya juga cukup mudah, cukup siapkan saringan untuk memisahkan sisa kulit buah dengan cairannya, lalu cairannya digunakan untuk membuat hand sanitizer, sedangkan sisa kulit buahnya bisa digunakan sebagai pupuk.

“Untuk hand sanitizer dari eco enzyme , campur 100 ml eco enzyme dengan 400 ml air bersih. Perbandingannya 1 : 4, setelah itu bisa untuk hand sanitizer ,” tambahnya.

Rina mengatakan hampir semua kulit buah bisa dimanfaatkan sebagai eco-enzym . Namun, ia mengingatkan untuk menghindari buah-buahan seperti durian, dan menghindari kulit buah yang sifatnya kering seperti salak.

Aroma hand sanitizer juga tergantung dari bahan yang digunakan. Untuk menciptakan aroma yang segar, disarankan untuk menggunakan lebih banyak kulit jeruk dan ditambah dengan daun serai dan kulit nanas juga disarankan untuk memberikan aroma yang segar.

Dengan kampus yang memiliki bank sampah, ia dan timnya memproduksi eco-enzym yang dibagikan kepada sesama dosen Unilak. Selain itu, ia juga membangun komunitas di Bank Sampah Galangan Kapal untuk dapat memanfaatkan eco-enzym dan menjadikannya memiliki nilai ekonomi.

“Nanti September kita panen, dan kita buat kemasan yang bagus, kita ajarkan ke masyarakat, dan kalau bisa dipasarkan,” ujarnya.

Rina berharap dengan hadirnya produk eco enzyme dapat membantu perekonomian masyarakat, dimulai dari rumah tangga masing-masing. Dijelaskannya, eco enzyme tidak hanya bisa digunakan untuk hand sanitizer , tapi juga untuk produk kebersihan lainnya.

“Jika digunakan dengan baik, bisa menekan biaya pembelian sabun, produk pembersih lantai, dll. Harapannya, bisa bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat,” pungkasnya.(PI/CKR)

Banner-Top

Baca Juga

Berita Terkait

Whatsapp